Rabu, 06 April 2011

untitled


Aku tertunduk dan tak mampu berkata kata. Ya, aku melihat raut muka itu lagi. Parasnya bisa membuatku selalu tenang, walaupun tak pernah sedikitpun kulihat dia tertawa bahkan tersenyum. Tak tahu mengapa seperti itu. Dan yang kulakukan semenjak beberapa minggu belakangan ini hanya datang di sebuah kafe saat matahari sedang terik teriknya untuk melihatnya yang sepertinya sedang menanti seseorang tetapi tak kunjung menghampirinya.
Dan hari ini sama seperti yang lalu lalu. Aku hanya berjalan di depannya. Aku masih ragu untuk melangkah yang lebih jauh dari itu. Siang ini, walaupun hanya memakai kaos berlengan panjang dan celana jeans yang juga panjang, dia berhasil menarik perhatianku.
Dua skecth wajahnya untuk hari ini sudah cukup rasanya. Aku kembali ke rumah saat sore telah berganti malam. Lelah rasanya seharian hanya memandangnya. Ingin rasanya mendekati sosok itu.
---
Matahari sedang terik. Semua terlihat sangat tenang dan damai. Dan hanya aku yang berlarian hingga panen keringat tak dapat terhindar lagi. Karena semalaman tak tidur, hari ini aku terlambat sampai di kantor tepat waktu.
Terbayangkan olehku wajah Mas Andra yang sudah pasti akan menyemburku dengan sumpah serapahnya habis habisan. Tertarik kesimpulan olehku bila hari ini akan menjadi hari yang sangat melelahkan.
Tiba-tiba tanpa sadar sesuatu menabrakku.
“Braakkk !!...”
“Auww.. Maaf aku nggak sengaja. Lagi buru buru soalnya..”
Oh My God ! Aku menabrak pria itu. Dan kali ini aku yang menabrak bukan dia. Wajah dinginnya yang menjawab. Seakan aku telah membangunkan macan tidur. Setelah menatapku tak kurang dari 5 detik dia berlalu pergi.
Pak Andra juga melakukan hal yang sama. Melengos begitu saja padahal aku belum sempat mengatakan apapun. Aku menghampiri Putri yang baru saja keluar dari ruang meeting.
“Put, makasih ya udah gantiin aku. Gimana tadi rapatnya ?” kataku begitu manis.
“Kamu itu kapan berubahnya coba ? setiap ketemu sama klien selalu gak hadir. Padahal ide ide kamu itu yang paling dibutuhkan buat bikin konsepnya. Ngerti gak sih ?” cerocosnya dengan marah.
---
Seusai makan siang aku memberanikan diri masuk ke ruang Pak Andra yang saat ini lebih tergambar sebagai ruang sidang. Aku membenahi tatanan diriku dulu sebelum masuk. Dan tidak lupa mantra mantra penolongku ikut kusertakan.
“selamat siang pak, maaf ya pak saya tadi terlambat. Tadi macet di jalan pak.”
“kapan mau maju kalo kamu selalu telat begini ?? yang profesional donk !! kalo kamu memang gak betah kerja disini, mending resign saja !!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar